Opini Saya : Muhammad Nur OKT
Gambar/Foto sumber Facebook
Berita Koalisi Pencapresan Jokowi di 2014 antara PDI-P, Nasdem dan PKB sudah semakin jelas dan terang setelah 3 Partai Merah Biru dan Hijau resmi mendeklarasikan koalisi partai politik bersama Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Deklarasi koalisi
parpol di bawah pimpinan PDIP diresmikan Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri. di Kantor DPP PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2014),
ini mengusung Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden dalam
Pilpres 2014.
Sedang Gerindra telah menggandeng PAN dan PPP untuk berkoalisi walau diketahui Koalisi Pencapresan Bapak Prabowo Subianto Sumitro dengan dukungan PAN dan PPP belum terelalu terang benderang ,karena mekanisme Pengesahan Koalisi biasanya dimulai dengan Pendeklarasian yang belum dilakukan, Sejauh ini Gerindra masih melakukan komunikasi politik dengan beberapa partai lain. Walau dibeberapa kesempatan sudah terlihat dengan kasat mata Pa Prabowo digadang-gadang untuk berpasangan dengan Pa Hatta Rajasa.
Menelisik kekuatan Koalisi Pencapresan Jokowi dengan Leading Sektornya PDI-P, memiliki kekuatan di parlemen 191 Kursi atau 34,79 % , sudah melewati ambang batas Presidential Treshold 20 % suara Nasional atau 25 % Kursi di DPR RI, yang diperoleh dari PDI P 109 Kursi atau 18,95 %, Nasdem dengan 35 Kursi presentase 6,72 % dan PKB 47 Kursi atau sekitar 9,04 % , sedang Koalisi Pencapresan Pa Prabowo dengan Leading Sektor Gerindra menorehkan 157 Kursi atau sekitar 27,57 % yang diperoleh dari 3 Partai Koalisi , mencukupi untuk mencalonkan 1 pasang Capres/Cawapres .
Dua Capres dari 2 Partai Koalisi yaitu Koalisi PDI-P yang menggandeng Pa Jokowi , dan Koalisi Gerindra yang mencapreskan Pa Prabowo tentu masih membuka diri melakukan komunikasi politik dengan beberapa partai lain untuk memperkuat barisan di Parlemen dan Pemerintahan bila terpilih nanti sebagai Presiden partai lain yang dimaksud misalnya dengan PKS, Golkar, Hanura, bahkan dengan Demokrat yanbg saat ini Belum resmi bergabung dengan salah satu diantara 2 Koalisi yang telah ada.
Berita tentang akan munculnya Koalisi ke-3 yang akan dibangun oleh Partai Demokrat dan Partai Golkar semakin santer terdengar jelang Pendaftaran Capres/Cawapres di KPU, dikutip dari berita yang dimuat di Kompas.Com, 16/5/2014 yang menyebutkan bahwa, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Max Sopacua mengatakan " Partai Demokrat sudah membentuk Tim penjajagan Koalisi dengan Partai Golkar " dan menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan 2 Partai besar Golkar dan Demokrat akan berkoalisi dan membentuk Poros Baru ".
Bahkan beberapa waktu yang lalu maksudnya hari ini Sabtu (17/5./2014 ) berhembus kabar kencang bahwa Partai Golkar dan Partai Demokrat telah membentuk Poros baru dengan mengusung Pa ARB sebagai Capres berpasangan dengan Pa Pramono Edhie Wibowo sebagai Cawapres, sebelum itu ada kabar muncul yang mengatakan Partai Demokrat sedang mengarahkan radarnya ke Yogyakarta kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X Kader Golkar untuk dicapreskan menandingi Capres dari Koalisi PDI-P Pa Jokowi dan Capres dari Koalisi Gerindra Pa Prabowo,dengan asumsi figur yang akan diusung Demokrat dari peserta konvensi dan Calon daei Golkar mereka nilai belum dapat menandingi popularitas dengan figur Pa Jokowi atau Pa Prabowo Subianto.
Kalau nanti Partai Demokrat dan Partai Golkar sepakat membentuk Poros baru yang akan diputuskan dalam Rapimnas kedua Partai yang digelar sebelum jatuh tempo pendaftaran Pilpres , itu pertanda bahwa apa yang dikhawatirkan selama ini tidaklah merisaukan lagi bahwa Capres yang akan diusung Poros baru Pa ARB berpasangan dengan Pa Pramono Edhie Wibowo dapat bersaing dengan Capres Koalisi PDI-P Pa Jokowi dan Capres Koalisi Gerindra.
Perlu diketahui bahwa Demokrat dan Golkar ( Poros baru ) bila diputuskan di Rapimnas masing-masing Partai jadi berkoalisi maka Koalisi ini baru memiliki 152 Kursi di Parlemen dengan presentase suara 24,94%,masih kalah banyak dibanding dua Koalisi lainnya , akan tetapi sudah dapat mengusung pasangan Capres dan Cawapresnya sendiri , dan opsi inilah yang paling tepat diambil oleh Kedua Partai besar ini, berbuat dan menanti hasilnya daripada jadi pengikut Partai Koalisi sembari menunggu bagian yang belum jelas.****